Sebuah Perjalanan #2 : Rencana Terbaik Semesta
Menilik kembali satu perjalanan yang aku mulai dengan niat baik. Memantapkan keputusan dengan segudang alasan dan harapan setelahnya. Menikmati proses yang tak pernah mudah dan butuh waktu yang lama. Mempersiapkan diri untuk sampai pada tekad dan berani. Tiga tahun menjalani rangkain tahap demi tahap, gagal sudah menjadi rutinitas dan memotivasi diri untuk bangkit kembali adalah mantra. Tuhan izinkan segala usaha menuai terang di waktu yang tepat. Saat mental dan keberanian menjadi satu.
Tuhan beri banyak pelajaran. Bertemu dengan banyak jenis manusia. Mulai dari yang mengajarkanku tentang sabar dan ikhlas. Ada satu masa Tuhan mengujiku, saat banyak mulut berlomba menilai tanpa perlu saling mengenal. Tatap mata menghakimi dan menghujat tanpa tau akar permasalahan. Aku sempat menjadi hiburan manusia lain untuk tertawa demi mencari bahagia.
Aku memasuki dunia drama saat hidupku sedang rumit-rumitnya. Aku bukan manusia yang akan menjelaskan duduk perkara, membiarkannya terus bergulir hingga mereka lelah menjadi pilihan paling tepat. Aku bersyukur, satu momen tergelap di perjalananku ini, ada seorang teman yang tetap di sisi dan selalu ada. Mendengar tangis yang pecah dan takut yang kerap menggelayut. Tuhan juga hadirkan manusia-manusia lain untuk menuntunku kembali. Pertemuan amat mengharukan di rumah Tuhan, saat jiwaku butuh uluran tangan tanpa perlu menjelaskan dunia gelap yang sedang memelukku.
Satu masa terkelam saat itu terlewati. Tuhan tunjukkan lagi bagaimana Dia membawaku keluar bertemu terang. Rahmat Tuhan memang tak ada hentinya. Aku diberi kesempatan untuk memulai perjalanan di negara tetangga. Pada prosesnya, Tuhan mendatangkan manusia-manusia lain yang menawarkan tangan dan meringankan proses. Aku ingat denga jelas, saat itu aku ingin menyerah, merasa sudah mengerahkan banyak usaha, dan diri bertemu ikhlas. Tangis haru mengantarkan untuk menyudahi, mereka pun ikut merasakan bagaimana lelah yang sudah aku investasikan harus bertemu gagal. Namun, lagi-lagi, Tuhan memihakku dan menunjukan bagaimana TanganNya bekerja, dan semua berjalan indah tepat pada waktunya.
Memasuki tahun terakhir perjalananku. Khawatirku berbanding lurus dengan pertambahan usiaku yang ke-28. Ini adalah riset pribadi yang kulakukan pada diri, dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti emosi, usia, rencana yang tak bertemu akhir yang baik, usaha yang bertabrakan dengan hasil, ketakutan, dan kembali ke tanah kelahiran. Kombinasi variabel yang saling tarik menarik dan menyempurnakan khawatir. Aku berada di antara batas mimpi, puncak usaha berlahan bertemu alur landai pertanda penutup cerita segera datang. Aku tak sedang bersikap ilmiah untuk membuktikan hipotesa-hipotesa dalam pikiran. Aku hanya sedang menghibur diri, berharap ikhlas segera menghampiri.
Tuhan memeberi ikhlas pada hati di waktu yang tepat. Aku tak dapat menjelaskannya secara jelas bagaimana proses ini terjadi padaku. Semuanya berjalan begitu saja dan keyakinanku adalah bagaima Tuhan telah mengaturnya. Aku kembali ke tanah kelahiran dengan perasaan ringan. Membiarkan khawatirku bertarung sendiri dalam pengabaian.
Lagi, Tuhan berikan satu kabar baik di detik terakhir perjalananku. Aku diam cukup lama untuk memproses skenario yang telah Tuhan siapkan. Rasa syukurku memenuhi langit Eropa, kagumku pada misteri kehidupan yang telah Tuhan siapkan membuatku menitikkan air mata. Tak pernah sekalipun terbersit dalam imajinasi yang kerap aku mainkan. Tuhan selalu baik padaku bahkan disaat Tuhan tahu seperti apa diriku. Aku hilang kata, hanya ada jiwa yang tak berhenti merapalkan namaNya.
Tuhan melanjutkan kembali deretan kejutan saat kakiku menginjak tanah kelahiran. Ketakutan tentang bagaimana manusia-manusia lain berlomba-lomba menanyakan tentang karir justru berubah menjadi rasa penasaran seperti apa rupa diri setelah dua tahun lamanya. Rumah yang menjadi zona nyaman hingga takut tenggelam nyatanya menjadi tempat penyadaran. Betapa Tuhan amat menyayangiku sejak aku diciptkan, keluarga yang selalu mendukung setiap langkah tanpa mempertanyakan arah. Keluarga yang selalu ada memecah khawatir jadi tawa dan bertemu tenang. Rumah menjadi tempat terhangat, memelukku dengan obrolan, adu argumen, bercerita, berbagi resah, dan sunyi dalam damai. Keputusan pulang adalah keputusan terbaik, yang mengingatkanku pada titik asal dan menjadi awal untuk perjuangan baru.
Tak sampai di situ, Tuhan terus menghujanikku berkah dengan dihadirkannya manusia-manusia baru dalam hidupku. Mereka membawaku mememukan arti dari sebuah hubungan manusia yang diikat dengan tulus. Menunjukkanku bagaimana menjadi manusia baik yang saling mengusahakan untuk selalu ada. Mereka mebawaku menjelajah untuk mengagumi ciptaan Tuhan yang membentang luas, mulai dari bukit yang menjulang tinggi hingga lautan membiru dengan kehidupan di dalamnya. Selama ini, aku selalu percaya diri bahwa aku hebat dalam mengkhilaskan manusia-manusia baik di hidupku. Alasannya sederhana, karena aku tak mampu menjaga mereka. Mereka juga berhak untuk bertemu manusia lain yang dapat memberinya tawa dan bahagia. Manusia yang menanyakan kabarnya, tempat menumpahkan sedih, dan yang mampu meringakankan beban yang dipikul. Aku sepertinya jenis teman yang berbeda, yang sering hilang di kala jarak memisahkan, yang menanyakan kabar melalui pikiran, yang bingung harus bersikap seperti apa, yang merasa canggung untuk mendekat, dan banyak hal lainnya. Aku menjadi nyaman dalam kesendirian dengan deretan rencana bersama diri.
Dengan cara terbaikNya, Tuhan langsung memberikan pelajaran dengan membawaku merasakan sendiri indahnya menjaga hubungan dengan manusia lain. Mereka mendukungku dari kata-kata yang menengkan, dari sikap yang meringankan, hingga perjuangaku terasa tak begitu melelahkan. Meski kebiasaan buruku terjaga hingga pagi buta masih setia menemani, namun tak lagi diisi dengan pikiran-pikiran yang menyerang.
Di waktu yang tepat, Desember 2023, penutup untuk cerita lama, Tuhan izinkan aku untuk memulai kembali merangkai cerita kedua di negara yang sama sebagai manusia dengan mimpi baru. Semoga aku menjadi bermakna pada jalan yang sudahku pilih. Menjadi manusia baru yang dipenuhi Syukur dan kagum yang membentang luas pada semesta. Manusia yang memiliki tekad baru untuk menjaga manusia-manusia baik yang Tuhan hadirkan di hidupku.
Hi, 2024. Aku ingin kamu menjadi manusia yang lebih dekat dengan Tuhan, Allah :)
0 Komentar