Photo by Google.docx
Rabiatul Adawiyah

Aku bangun dari tidur nyenyakku. Sesaat aku mengerjapkan mata, terdiam di tempat tidur. Sebagian nyawaku mungkin belum terkumppul semua. Ku raih handphone yang aku letakkan semalam di meja belajar, jam dalam handphoneku menunjukkan 06.30 pagi. Akhirnya aku menyadari satu hal ‘hari ini adalah hari gerhana matahari total, fenomena paling mengesankan di bumi’. Dan tak lama, aku mendengar suara-suara anak kos yang bersiap ke masjid untuk sholat gerhana. Ah, aku sedang berhalangan menghadap Tuhan saat ini.

Aku membuka jendela kamarku, di luar aku melihat segerombolan anak laki-laki sedang mengamati matahari melalui  bayangannya di air. Tempat tinggalku saat ini, Yogyakarta memang tidak dilalui gerhana matahari total, namun cahya matahari di sini tetap meredup. Cara yang dilakukan segerombolan anak tadi memang salah satu cara untuk menikmati indahnya gerhana matahari. Namun, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ahli kesehatan mata cara itu juga tetap berbahaya untuk kesehatan mata. Melihat matahari total secara langsung tanpa menggunakan kaca mata yang didesain khusus dapat menyebabkan kebutaan secara langsung atau pun berangsur-angsur, bahkan menyebabkan kebutaan permanen. Cahaya yang ditimbulkan oleh matahari yang akan tertutup dapat merusak retina mata.

Aku tertarik untuk hanya sekedar melihat bagaimana keadaan matahari di luar. Aku putuskan untuk keluar kamar. Kemudian, aku menatap matahari, memang sedikit berbeda dari biasanya. Aku bisa menyaksikan gerhana matahari sedikit, tanpa harus dihalangi oleh kuatnya sinarnya ketika hari biasa. Ah benar-benar terjadi. Setelah itu memang mataku ketika melihat sekeliling sedikit kabur dan tidak jelas, mungkin efek sinar matahari tadi. Entahlah, aku kurang paham masalah itu.

Teman kosku yang juga berhalangan menghadap Tuhan memanggilku, memintaku bergabung menyaksikan gerhana matahri total melalui televisi. Aku duduk, sebenarnya masih sedikit mengantuk bakan tadi aku berniat untuk tidur lagi. Salah satu stasiun televisi menyiarkan secara langsung proses terjadinya gerhana matahari seperti di Bangka Belitung, palu, ternate dan Jakarta. Daerah yang mengalami gerhana matahari adalah daerah yang dilalui oleh garis ekuator. Menurut wikipedia ada 12 provinsi yang mengalami gerhana matahari total yaitu Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu,Jambi, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat. Selain itu, wilayah lain, seperti Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah, serta Maluku Utara.

Gerhana matahari adalah peristiwa matahari, bulan, dan bumi terletak pada satu gari lurus. Bulan berada diantara matahari dan bumi. Cahaya matahari terhalang oleh bulan baik itu terhalang sebagaian ataupun terhalang keseluruhan. Gerhana matahari total yang terjadi saat ini tanggal 9 maret 2016 merupkan suatu fenomena yang jarang sekali terjadi, berdasarkan apa yang dikatakan si pembawa acara gerhana matahari total terjadi 350 tahun sekali. Sontak diriku yang tidak terlalu alim ini terenyuh. Bukan karena aku baru tahu, teori mengenai gerhana baik matahari maupun bulan sudah aku pelajari sejak di bangku SD. Yang membuatku terenyuh adalah, Tuhan masih memberikanku kesempatan untuk menikmati fenoma yang terjadi sekali seumur hidup. Pembawa acara bersuara lagi, dia mengatakan bahwa gerhana matari total ini akan terjadi sekitar 1.5-3 menit. Lama terjadinya gerhana tersebut berbeda-beda pada setiap daerah.

Kini tayangan ditelevisi menyiarkan gerhana matahari total dari Bangka Belitung. Suasana di sana gelap seperti malam hari. Matahri sepenuhnya tertutup oleh bulan. Hanya terlihat seberkas cahaya di pinggir-pinggir matahari yang tertutup bulan membentuk sebuah lingkaran cincin api. Indah sekali. Keadaan itu disambut dengan suara masyarakat yang mengucap syukur pada Tuhan. Terdengar suara yang mengharukan, terdengar suara tangisan dan terdengar suara mengagungkan nama Tuhan. Detik itu juga, hatiku bergetar. Besar sekali kekuasaan Tuhan, Dia Maha Agung. Aku adalah salah satu makhluknya yang sangat kecil dan tak berdaya yang mungkin jarang menghadapnya tetap saja mengeluarkan air mata. Bukan karena aku pencitraan karena ada teman yang alim di dekatku dengan jilbabnya yang lebar. Tentu saja bukan, karena seperti apapun manusia itu tetap saja hatinya milik Tuhan. Iya, karena hatiku milik Tuhan , makanya air mataku menetas dan bibirku mulai bergerak menyebut namanya, mengagungkan-Nya, mengucap syukur pada-Nya. Ah, beruntung sekali aku, Tuhan memberikanku kesempatan untuk tetap bernafas hingga detik ini, menyaksikan kekuasaannya.
Aku memang hanya dapat menyaksikannya di layar kaca. Tapi, tetap saja rasanya luar biasa. Bisa aku bayangkan bagaimana perasaan mereka yang menyaksikan secara langsung. Mereka pasti merasa sangat beruntung, dan sangat bersyukur. Bahkan, wisatawan asing ikut menikmati indahnya gerhana yang terjadi. Sungguh luar biasa dan indah cara Tuhan menunjukkan kekuasaan-Nya.

Pada dasarnya, setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun adalah kekuasaan Tuhan. Dunia dan seisinya adalah kekuasaan-Nya. Namun, karena keegoisan manusia yang selalu menikmati hari-harinya tanpa menghiraukan kenapa Tuhan memberikannya kesempatan untuk melihat hari esok, kita semua terlena dan menganggap itu hal kecil. Kita lupa bersyukur, kita tak pernah menyebut apalagi mengagungkan nama-Nya, kita hanya ingat pada-Nya ketika mendapat masalah. Yah, mungkin aku tak perlu membahas lebih lanjut hal tersebut, cukup menjadi introspek diri masing-masing. Aku tidak terlalu memiliki banyak pengetahuan tentang agama dan bagaimana menceramahi. Untuk saat ini, aku bahkan masih membimbing diri sendiri, menjaga diri untuk tetap pada jalur yang seharusnya, jangan sampai melawan jalur kemudian menabrak sesuatu.

Namun, bukankah sudah sepatutnya kita manusia yang hidup pada hari rabu tanggal 9 maret 2016  ini mengucapkan syukur? Teori yang sudah kita ketahui sejak zaman SD bisa kita saksikan dengan kedua mata kita. Jujur, tak pernah terlintas dalam benakku  dapat menyaksikan fenomena seindah ini. 


Thanks God for give me life! 


0 Komentar