Apakah aku cukup baik (memumpuni)?

Tulisan ini hadir dari keluh kesah pribadi yang selalu merasa tak pernah ada kemajuan dalam berproses. Aku masih ingat dengan jelas, sosok diri yang begitu semangat setahun lalu, saat aku masih bekerja dan mulai bosan dengan rutinitas. Bosan karena merasa tak bertumbuh dan berkembang. Aku memutuskan untuk melanjutkan kuliah setelah menimbang banyak hal. Salah satunya, keinginan diri untuk memperkuat pengetahuan di bidang yang ingin ditekuni. Hah, sedikit menggelikan jika diingat. 

Setelah menjalani pilihan itu, hal yang sama pun terjadi, seperti sebuah lingkaran yang bergerak pada titik yang sama. Ada banyak hal-hal yang tak sesuai dengan ekspektasi. Aku menikmatinya, hanya saja seperti ada yang hilang. Prosesku terasa melambat, pikiranku ruwet dengan banyak ketakutan dalam imajinasiku. Umur yang bertambah juga menjadi salah satu faktor yang krusial. Merasa akan terlambat untuk memulai segalanya, seolah umur adalah batasan. Takut, pesimis, ragu dan perasaan serupa menjadi teman karib. 

Saat diri di titik yang rumit, pikiran merenung jauh ke depan. Apa pilihan ini tepat? Setelah lulus nanti aku pun harus memulai dari awal, mencari pekerjaan lagi dan melanjutkan hidup yang tak pernah pasti. Aku sudah 27 tahun, bukan apa-apa, ketakutanku bukan tentang pernikahan, haha. Itu adalah satu hal yang belum masuk dalam daftar yang membuat pusing. Aku masih menikmati hidup berjuang untuk diri sendiri. 

Aku hanya penasaran, apa arah hidupku sedang menuju ke tujuan yang aku mimpikan? Atau justru sedang berbelok berlahan dan tersesat di perjalanan? Aku berusaha memberikan yang terbaik untuk mempersiapkan diri, memantaskan diri dengan mimpi-mimpi untuk menjadi selaras dan bertemu. Namun, rasanya aku sungguh terlalu lambat seperti keong, berjalan pada lintasan yang tepat dengan jarak kian membentang. 

Aku terganggu dengan prosesku sendiri, memunculkan rasa ingin menyerah. Apa mungkin aku memang tak ditakdirkan untuk mimpi ini? Karena semakin jelas rencana tersusun, semakin ragu semua akan terwujud. Aku bukan ingin menggagalkan mimpi sendiri di tengah jalan, hanya saja perasaan-perasan seperti kamu tak memumpuni terus menyerang, menggerogoti percaya diri yang tak seberapa ini. 

Aku berusaha menyibukkan diri, berlatih agar menjadi terbiasa. Namun, aku seperti membohongi diri. Perasaan-perasaan itu terus bermunculan, gagal berkali-kali seolah menjadi validasi. Lelah dengan diri, bukannya bergerak segera berdiri, aku justru tenggelam dalam sedih menyendiri.

Apa aku terlalu terburu-buru? Apa ini karena aku sedang kehilangan kontrol terhadap diri? Sehingga pikiranku membawa menelusuri tiap percabangan yang tak memiliki ujung. Memicu rasa ingin tahuku terhadap kejutan masa depan dari Tuhan. Mungkin saja memang begitu.

Bertumbuh adalah proses yang terjadi sepanjang hidup, nafas untuk memperbaiki diri menjadi versi yang lebih baik setiap harinya. Mungkin, semua yang sedang dijalani terasa kecil, bukan hal besar yang bisa menjadi pertanda bahwa ke depannya akan baik-baik saja. Bukankah tugas kita sebagai manusia adalah berusaha? Tuhan yang akan menentukan dan membalasnya. 

Aku menarik nafas pelan, mengisi paru-paruku dengan udara segar, berusaha mengurai benang kusut. Semua ada waktunya. Takut dan khawatir adalah hal yang wajar. Sesaat menjadi ragu, bahkan ingin menyerah bukan sesuatu yang salah. Manusia adalah tempat bersarangnya berbagai perasaan abstrak yang tak terjelaskan. Saat emosi-emosi itu bertemu realita yang tak selaras ekspektasi, ia terdistorsi, melebur dan menyebar memenuhi seluruh pikiran. 

Setiap keputusan yang baik dan diusahakan akan bertemu dengan akhir yang baik pula. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai di sana. Akan ada juga kerikil dan batu yang harus dilewati. Aku harap kita tak pernah menyerah dan mengingat bahwa kita sudah sejauh ini. Mengingat kembali alasan-alasan dan perjuangan yang dulu, mungkin bisa membantu untuk kembali waras. Jangan pernah membandingkan proses diri dengan orang lain. Kita mempunyai cerita masing-masing degan warnanya sendiri. 

Ye benar begitu. Aku hanya sedang dalam situasi tak waras dan itu wajar. 

0 Komentar