Photo by Jhumpa Lahiri


Pikiran di jam 3 pagi memang tak pernah bisa ditepis. Obrolan dalam diam dengan diri, rasional, dan hati. Hal-hal yang tak pernah sejalan untuk beberapa hal dalam hidup. Dia datang, bersama tatapnya yang sayup dan senyum yang mulai memudar. 


Aku ikut tersenyum dengan mata berkaca. Untuk sosok yang satu ini, aku tak bisa menahan diri untuk tak menangis. Beberapa bulan ini kita kembali menjadi asing. Pintu yang sempat dia buka kembali ditutup rapat tanpa celah. Dia tak lagi ingin berbagi cerita atau hanya sekadar menyapa. Dia hilang, menyisakan khawatirku yang tak akan lagi bisa tersampaikan.


Aku salah memilih, hingga jarak terbentang terlalu luas. Aku harap aku bisa kembali, mengubah pilihanku menjadi kamu. Menemanimu di ruang sendiri yang semakin gelap dalam duniamu. Harusnya, aku tetap di sana, mendengarkan setiap keluh dan lelah yang kamu rasakan. Aku tahu dengan baik setiap perasaan sakit yang menyerangmu hingga membuat nafasmu tercekat. Aku membayangkannya saja tak sanggup, apalagi kamu yang selalu bersamanya.


Aku tahu, hadirku mungkin tak akan menyembuhkan dan meringankan perasaan-perasaan kosong yang bergelayut dalam dirimu. Perasaan yang menghujam dan membuatmu tak berdaya, terus menyalahkan diri akan keadaan, duniamu yang mulai pudar, dan perlahan kamu merasa hilang. Namun, aku ingin menjadi seseorang yang ada di sana, entah sebagai tempat untuk meluapkan emosi, mengeluh atau pun memberi validasi bahwa kamu adalah manusia hebat dan kuat. 


Tak ada yang menyerah dan melepas tanganmu, apalagi meninggalkanmu begitu saja. Semua orang ada di sini untukmu. Aku di sini, menunggu kamu untuk kembali menyapa, mengizinkan aku menjadi teman bicara saat kamu terjaga. Beberapa kali aku ragu, mengurungkan niat untuk sekedar menanyakan kabarmu. Aku  takut mengganggu ruang sendirimu. Aku bukan ingin tiba-tiba datang, kemudian pergi dan hilang. Aku hanya menunggu waktu yang tepat, yang baru aku sadari, aku sudah sangat terlambat.


Saat ini, bayangmu sedang menatapku lekat, membuatku semakin menyesali banyak hal. Kadang, aku merasa berlebih jika itu tentang kamu. Aku terlalu melow, sedikit-dikit tangisku pecah, entah mungkin karena aku baru menemukan sosok sahabat sepertimu. Seseorang yang aku kenal dalam waktu singkat, yang percaya padaku dan bercerita tentang dirinya, meskipun aku tahu itu berat. 


Hey, ingin ku rengkuh sosokmu, memelukmu untuk mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa kamu hebat mampu bertahan hingga titik ini. Melawan diri yang bertentangan dengan banyak perasaan rumit dan abstrak. Aku ingin merengkuhmu bersama sedih yang terus menggelayuti hari mu. Bertahanlah, kamu pasti akan menemukan satu alasan untuk itu. Dan, aku harap, secepatnya.


Aku di sini. Tak pernah pergi. Walau asing perlahan semakin menguat di antara kita. Jangan pernah ragu untuk datang kapan pun itu. Saat kamu terjaga hingga pagi buta, datang saja. 


Aku harap, kamu dalam keadaan yang baik-baik saja ya. 


0 Komentar