Gambar: Google. doc
Oleh: Rabiatul Adawiyah

Malam minggu!. Malam paling mengerikan, menyedihkan, membosankan, menggelisahkan dan paling menyebalkan. Semua kata yang berbau kegalauan, kegundah gulanaan adalah milik si malam minggu. Kadang, aku merasa kasihan dengan malam minggu dia selalu dicerca, dicaci maki, dan dihujat tanpa sebuah alasan yang jelas. Anak manusia kesepian di malam minggu dia disalahkan, bahkan sampai hal kecil seperti makan sendiri di malam minggu dia disalahkan lagi. Malam minggu tak pernah benar, dia selalu salah sama halnya dengan laki-laki selalu salah dan perempuan selalu benar. Malang sekali nasib si malam minggu.

Bahkan, gadis bernama tami yang tak pernah menyalahkan malam minggu kali ini menyalahkannya juga. Bagaimana tidak, selama ini dia selalu baik-biak saja dengan malam minggu. Meskipun, menurut teman-temannya hidup gadis itu selalu tragis di malam minggu, karena dia jomblo. Apa salahnya malam minggu? Apakah Tuhan tidak adil terhadap malam minggu? Kenapa malam-malam lain tak pernah disalahkan?. Tami, kali ini mengutuk malam minggu. Bagaimana tidak, lebih baik dia jomblo daripada jatuh cinta pada  pandangan pertama di malam minggu. Bahkan itu lebih tragis.

Tami jatuh cinta pada seorang laki-laki satu angkatan di kampusnya. Dan, hal yang paling tragis lagi laki-laki itu adalah teman SMAnya. Laki-laki terpopuler dengan gayanya yang berandal bersama teman satu gengnya. Bagaimana tidak dia mengutuk malam minggu. Rasanya dia ingin membunuh malam minggu, “Biar saja, 6 hari lebih baik daripada 7 hari dengan malam minggu” bisiknya pada kamar kosnya yang sunyi. “Kenapa aku harus jatuh cinta di malam minggu?” ungkapnya tak berdaya. Masalah malam minggu saja sudah merepotkan baginya, ditambah lagi jatuh cinta. Sebenarnya, bisa dikatakan Tami dekat dengan laki-laki itu, karena mereka satu kelompok belajar. Mereka sering jalan berdua, tami selalu mengingatkan laki-laki itu agar tak telat atau pun harus masuk kuliah setiap harinya. Tami bagaikan alarm yang siap 24 jam untuk laki-laki itu. Awalnya dia biasa saja, seperti teman biasa. Tapi, sialnya ketika dia duduk termenung di kosnya yang sempit ditemani dengan lagu galau, wajah laki-laki itu mulai berkeliaran dalam pikirannya. Seperti hantu gentayangan. Tami tersadar, dia jatuh cinta pada laki-laki itu pada malam minggu. Sial, kenapa dia harus jatuh cinta pada pandangan pertama di malam minggu? Berkali-kali dia pernah memandang wajah laki-laki tu, tapi baru kali ini dia terbayang wajahnya dan jatuh cinta.

Tami gelisah, dia duduk di pojok kamarnya. Dia terus berpikir bagaimana caranya menyingkirkankan perasaannya. Dia tak ingin jatuh cinta. Tapi, jatuh cinta bukanlah kuasanya, jatuh cinta adalah anugrah. Mungkin akan indah, jika laki-laki itu juga jatuh cinta padanya. Tapi, sayang sekali laki-laki itu tak mencintainya. Apakah ini salah malam minggu juga bahwa laki-laki itu tak mencintainya? Sungguh hidupnya sial karena malam minggu. Pikirannya kacau, setelah merenung selama tiga jam dia tak menemukan solusi apapun untuk masalahnya. Dia belajar satu hal jatuh cinta adalah masalah yang paling rumit seperti labirin. Dia tersesat, tak dia temukan satu pun jalan keluar. Saat pikirannya kacau, Handphone yang tergeletak tak berdaya berdering. Sebuah pesan dari sahabatnya yang di Jogja, sahabat karibnya. Dengan malas dia membuka pesan itu, isinya singkat dan menohok hati. “apa kabar cinta gila dan buta lo?”. “Jahaaat” Teriak tami lagi-lagi pada ruangannya yang sunyi.

Tami menghembuskan napasnya. Dia tersadar, tak ada gunanya menyesali hatinya yang sudah jatuh pada laki-laki itu. Tak ada gunanya juga menyalahkan malam minggu. Meskipun dia mencaci maki malam minggu, tetap tak ada gunanya. Yang ada hanyalah hatinya yang terus tersakiti. Tami mengamati kamarnya yang kosong, terllihat lengang. Mungkin kamar kosnya yang menjadi saksi bisu dia jatuh cinta juga ikut sedih. Mungkin bukan ikut sedih pikirnya, tapi lebih tepatnya tertawa. Mentertawakan kebodohannya. Sebelum, meninggalkan kesedihannya pada topeng kepura-puraanya, Tami mengenang kembali bagaimana laki-laki itu setiap harinya. Bagaimana dia yang selama ini hanya menganggap laki-laki itu hanyalah teman. Hingga mimpi buruk malam minggu datang padanya lalu dia jatuh cinta tanpa tahu alasannya mencinta terhadap laki-laki itu. “Cukup tragis hidupku membiarkan hatiku jatuh begitu saja padamu, apalagi di malam minggu” ucapnya.

Tami merindukan malam minggunya yang jomblo, tanpa mencinta siapapun. Tapi saat ini dan kedepannya dia harus ditemani malam minggu yang selalu memikirkan dia, jatuh cinta. Dia mencoba berfikir positif bahwa, mungkin jatuh cinta pada malam minggu tak seburuk yang dibayangkannya. Menikmatinya dengan hati secara berlahan mungkin terasa indah. Bukankah segala sesuatu yang tragis memiliki titik maksimum dimana kemudian dia akan menjadi indah? Memang lama prosesnya, hanya masalah waktu yang entahlah kapan datangnya. “Aku harap dia jatuh cinta padaku juga di malam minggu” kata Tami sambil tersenyum. Akhirnya dia menikmati rasa jatuh cintanya tanpa menyalahkan malam minggu lagi. Dia kasihan pada malam minggu, sudah cukup ribuan manusia di seluruh dunia membecinya. Tami tak ingin menambah kesedihan malam minggu.


4 Komentar

  1. Si penulis sepertinya sangat memahami arti malam minggu, kasian malam minggunya tuh sudah terlalu sering dicaci dalam tulisan �� so far so good, but dari mana karakter ceweknya tau kalau si cowok gak suka juga sama dia? Who knows... karakter ceweknya sedikit alay ya merenungi malam minggu hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha.Thanks, kisah pribadi :3. Key, aku menyimpulkan bahwa lu membela ceweknya. semoga, kisah cinta lo gak sama dengan tokoh itu. aku berharap sekali..

      Hapus
  2. Hey pake namaku lagi 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. cuma nama, apalah arti sebuah nama. yang terpenting, kisah cinta lo semoga tak sama dengan si Tami pada cerita. I hope :3

      Hapus