DRAMA
Foto by :Google doc. |
Oleh : Rabiatul Adawiyah
Cerita ini mungkin akan terkesan berlebihan,
karena itulah aku menyebutnya drama. Entah berawal dari mana, pembicaraan
singkat kami yang biasanya hanya untuk sekedar bertukar sapa berlanjut. Jujur,
aku awalnya menganggap itu hanya sebuah lelucon untukku tertawai disela-sela
penatku.
Entah, siapa
yang memulai menghidupkan api itu, aku atau dia. Aku lupa, kejadiannya terlalu
cepat untuk terekam memoriku. Semuanya tiba-tiba terjadi. Aku juga bersalah,
membantu api itu terus menyala garang. Aku masih mengutamakan ego, hanya untuk
bersenang-senang pikirku. Berawal dari canda itu, aku terus terpojokkan sampai
pertanyaan lama itu terbongkar dari kenangan yang sudah aku kubur, aku buang.
Bernarkah, kamu
tidak menyukainya?
Ah, aku ingin
menjerit sekeras-kerasnya. Aku tidak suka pertanyaan semacam itu. aku tidak
suka seseorang mengetahui kelemahanku. Aku merasa kalah. Dia terus berkata “Oh
jadi kamu suka sama aku, aku gak nyangka”.
Aku tertawa sinis, aku mengakuinya dan
beberapa menit kemudian menyangkalnya. Bagaimana tidak, pernyataan jujurku
dijadikan bahan candaan. Jika berbicara jujur, satu hal yang menjadi alasanku
menyangkalnya, aku takut dia hanya akan tertawa dan rasa sukaku hanya sepihak. Aku
tahu cowok seperti dia sungguh tak dewasa. Dan, sebenarnya hatiku yang paling
dalam juga berkata tak menyukainya! Hanya sekedar suka tak lebih. Dalam
pandanganku, suka itu diberikan untuk semua orang. Aku suka kamu, karena itu
kita berteman, aku suka kamu karena itu aku mau membalas pesanmu, aku suka kamu
makanya bermain denganmu dan lain-lainnya. Ungkapan suka berbeda dengan cinta
yang hanya ditunjukkan untuk satu orang. Tapi dia memiliki pandangan yang
berbeda, karena itulah aku terjebak dalam permainan ini.
Oke, anggap saja aku
suka menurut pandangan dia. Hingga permainan ini terus berlanjut. Aku teruskan,
anggapan suka dari persepektif dia, karena itu tulisan ini terus berlanjut
hingga menemukan akhir yang sesungguhnya.
Meskipun, aku
bukan gadis yang suka dengan pernyataan gamblang semacam ungkapan suka, tapi
ketika perasaanku terbongkar begitu, harusnya dia juga berkata suka padaku. Setidaknya
dengan mengatakan itu rasa maluku berkurang. Tapi apa yang dia lakukan hanya
mengejekku dengan emot di BBM yang sungguh membuatku kesal.
Aku terus bersembunyi dibalik topeng
kebohonganku, aku harap rasa yang dulu pernah ada tak pernah kembali. Mimpiku
masih sama, gadis yang tak pernah merasakan yang namanya pacaran ini harus
pacaran dengan laki-laki yang tak pernah pacaran juga. Tuhan masih sayang padaku,
menjagaku dari rasa suka yang tak penting itu. Ah, pembicaraanku terlalu jauh. Bahkan,
aku tak pernah berpikir sekali pun masalah menjalin hubungan dengannya. Aku tak
punya alasan untuk pacaran.
Aku mulai lelah
dengan api yang aku kobarkan. Aku terbakar sendiri olehnya. Aku membaca kembali
chatku dengannya. Bodohnya aku bermain hal semcam ini, balasan-balasan yang aku
kirim jika diperhatikan lagi memang terkesan sungguhan dan tulus. Sedangkan,
balasan dari dia hanya lelucon candaan. Aku baru sadar dia hanya memainkan
kata-kataku. Dia hanya membalik apa yang aku katakana.
Dia hanya mencoba
membuatku mengakuinya sendiri, ah aku salah memilih orang untuk permainan ini.
Dia lebih ahli dariku, sejarah pacarannya sudah terlalu banyak. Sedangkan aku
hanya bermodal kisah melowdrama di novel-novel, Anime, dan drama korea. Aku
kalah telak, ternyata orang yang sudah mengalaminya memang tak bisa dikalahkan.
Aku tak pernah
merasa dia serius dengang apa yang dia katakana. Balasan seperti aku suka kamu
disertai emot yang mengejek sungguh hal paling bodoh. Tak ada pernyataan suka
disertai emot yang pernah aku baca atau tonton. Semua pernyataan suka dalam
novel disertai ketulusan. Ah, lalu apa yang aku lakukan? Tuluskah? Atau apa dia
menganggapnya tulus? Aku tak bisa memikirkannya lagi, rasa maluku tertumpah
berserakan.
Sial! Aku
terlalu terbawa suasana. Drama yang aku buat sendiri malah memakan tuannya. Akhirnya percakapan lewat BBM itu terhenti cepat. Akhir yang cukup
membosankan. Dan aku kalah, aku menghapus chat dengannya. Aku tidak ingin ada
bukti dari permainan gila ini. Kemudian, tertanam dalam otakku jangan bermain
api, bahaya! Pesan moral yang aku dapatkan dari cerita ini hanyalah akhirnya
aku terjebak dalam kata suka!
GAME OVER!
0 Komentar