Manusia.


Makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah. Kita diberikan akal, perasaan dan juga nafsu. Manusia adalah bukti kebesaran Allah. Tak ada lagi zat paling kuasa yang mampu mengatur siklus yang terjadi pada kita Darah yang mengalir di seluruh anggota tubuh. Otak yang mampu berpikir, jantung yang berdegup, dan nafas yang berhembus.


Buktinya adalah kita. Namun, sebagai manusia kita kerap lupa tentang ini. Kita terlalu berat dan rumit mendefinisikan makna hidup. Bertanya-tanya ke mana Tuhan. Menyalahkan-Nya atas banyak kesalahan yang kita lakukan. Atas banyak pilihan yang tak sesuai ekspektasi.


Padahal Tuhan selalu ada, tak pernah meninggalkan. Hanya saja kita yang menjauh perlahan. Entah dari perbuatan yang kita sadari atau tidak. Kita perlahan menjauh saat Tuhan beri kesenangan sesaat. Kita perlahan menjauh saat Tuhan beri ujian dari cintanya manusia. Kita perlahan menjauh dengan banyaknya harta berdatangan di dunia.


Lalu, saat semua mencapai siklus perubahannya. Kita meronta tentang keberadaan Tuhan yang tak pernah berpihak pada kita. Kita buta dengan apa yang sudah kita nikmati dalam hidup. Kita bisa makan enak kapanpun kita mau. Kita memiliki keluarga, sahabat, teman, rekan, dan manusia lainnya. 


Ketika melakukan kesalahan pun, Tuhan selalu memberikan kesempatan untuk kembali. Jika kita berjalan ke arah-Nya, Dia akan berlari menuju kita. Kita yang mengikari sendiri kuasa-Nya. Kita yang egois merasa mampu berdiri di dunia ini sendiri. Tak pernah mengucap syukur atas banyaknya nikmat yang Tuhan limpahkan. Kita angkuh, gengsi untuk mengeluh di hadapan-Nya. Kita justru lebih memilih manusia untuk menumpahkan segala keluh. Padahal, kita sama-sama manusia, tak memiliki kekuatan apapun untuk menolong.


Kita menggantungkan harapan berlebih pada manusia. Pada akhirnya juga akan kecewa. Kita kalang kabut. Patah sejadinya hanya karena ditinggalkan manusia. Penyesalan berlebih akhirnya melanda. Kita menyalahkan diri atas keputusan yang salah di masa lalu. 


Mungkin terlalu besar jika harus melihat sekeliling untuk menemukan keajaiban Tuhan. Kita renungkan apa yang terjadi dalam hidup kita sendir, bukti ajaibnya Tuhan. 


Aku sendiri pernah mengalaminya. Sesuatu yang tak pernah masuk di akal namun nyata aku rasakan. Ya, Tuhan menarik tanganku saat aku merasa begitu banyak salah yang aku perbuat. Saya aku membenci diri, justru Allah mencintaiku. Tak pernah meninggalkanku sedetikpun. Tuhan tolong dan jawab doaku dari pertemuan yang tak pernah aku duga dengan sahabat semasa kuliah. 


Tuhan kuatkan aku dari dia. Tuhan beri contoh dari dia. Dia perlahan membawaku kembali untuk mengandalkan Semesta. Melibatkan Tuhan atas semua pilihan dan keputusan.


Mengajakku untuk melakukan hal-hal positif. Mulai mendengarkan majelis ilmu. Dia tak pernah sekalipun menceramahi dengan kata-kata. Dia tunjukkan dengan perbuatan yang dilakukan. 


Ketika itu, saat aku tak baik-baik saja secara emosional. Mungkin aku akan terpuruk dalam waktu yang amat lama jika Tuhan tak menolongku dari seorang sahabat. Mungkin aku tak akan tegar menata kembali. Mungkin aku akan sedih berkepanjangan. 


Karena itu, aku yakin Tuhan mencintaiku. Ia beri aku kesempatan untuk kembali. Ia lepaskan aku dari rumitnya perihal cinta manusia yang sesaat. 


Ya mungkin menurut perspektif orang lain, apa yang terjadi terhadapku biasa saja. Namun, kita sendiri yang mengalaminya. Kita yang tahu bagaimana Tuhan selalu ada. Menerima manusia sebesar apapun salahnya. 


 

 

0 Komentar