Ada serangkaian proses untuk matang dalam berpikir dan bersikap. Bijak dalam berkata dan menghargai sesama. Setiap orang pasti ingin di titik ini. Menjalani hidup dengan ikhlas,tanpa merumitkan segalanya, dan tak ada celah untuk khawatir.

Pada dasarnya semua itu tentang bagaimana kita menerima diri. Tiap orang memiliki parameter yang berbeda. Dan, kita tidak harus mengikutinya karena setiap orang mempunyai lebih dan kurangnya masing-masing.

Menerima diri artinya kita ikhlas dengan segala kurang yang ada. Mengakui bahwa pernah melakukan kesalahan dalam hidup. Mengakui sifat-sifat menyebalkan namun senantiasa memperbaikinya. Bukankah tugas manusia adalah berproses? Maka, jangan terlalu menyalahkan diri. Apalagi sampai membenci. Tak ada manusia di bumi yang lebih peduli selain diri sendiri.

Kita tumbuh dari luka. Pengalaman hidup yang banyak mengajarkan tentang sabar dan kuat. Bersyukur adalah kunci segalanya. Ketika ada banyak cobaan hidup yang datang, bukankah Allah sedang rindu? Rindu tangis dalam setiap sujudmu. Jangan malu, sejatinya manusia memang biangnya masalah. Yang harus dilakukan adalah kembali pada semesta untuk pengampunan-Nya.

Disaat membenci diri hingga buta akan sekeliling. Percayalah dirimu pernah menjadi alasan seseorang tersenyum. Istirahat sejenak, kamu terlalu lelah dengan pikiran-pikiranmu sendiri. Jangan pernah lupa, semua manusia bumi berharga dan istimewa.

Berdamai untuk luka-luka masa lalu. Berdamai untuk harapan yang tak sampai. Berdamai untuk kisah yang belum dimulai namun harus terhenti. Berdamai untuk cinta sendiri. Berdamai pada yang meninggalkan. Segalanya, ikhlaskan.

Mari bertumbuh bersama, beriringan dengan luka. Memaafkan segala yang pernah terjadi, kembali pada semesta dan memulai diri yang bermakna. Menjadi seseorang yang menebar bahagia untuk diri dan sekelilingnya. Aku percaya, kamu bisa. Saling menguatkan lewat kata-kata positif ya.

0 Komentar