Di depan Sapporo Clock Tower


Tulisan ini adalah untuk memenuhi jani pada diri sendiri. Baca tulisan sebelumnya ya "Mimpi, Tentang Sebuah Harapan" biar lebih bisa merasakan betapa ajaibnya rencana Allah untuk manusia.

Serangkaian takdir menyapaku Maret 2017. Tanpa bisa aku prediksi sebelumnya, kaki ini diizinkan menginjak tanah Jepang, tepatnya di kota Sapporo, Hokkaido. Saat tiba, aku disambut hangat salju yang tengah mengguyur kota ini. Indah, kota ini berubah menjadi kota putih. Aku menikmati musim dinginku yang pertama. Dingin yang menusuk tulang tak membuatku berhenti memainkan tumpukan es yang menggunung. Tak lupa, aku abadikan dengan kamera yang ku bawa. 


Di bawah hujan salju, aku tertawa, menemukan bahagia yang tak terkira. Saat, penduduk setempat berlari karena hujan salju, maka aku justru menampungnya dengan tangan. Siapa yang menyangka kedatangan pertamaku untuk menikmati musim yang tak ada di negaraku. Salah satu fenomena alam yang hanya bisa aku lihat dari gambar.

Entah, kota ini sangat sepi. Tak ku temukan pemandangan macet di jalan raya, tak ada suara klakson yang bersahut-sahutan, tak ada teriakan mengeluh tentang jalanan yang tak tertib. Aku mengernyit heran, apa memang kota ini sepi karena sedang hujan salju? Aku juga tak menemukan sepeda motor pribadi berlalu lalang, hanya motor polisi yang sedang berpatroli dan motor pengantar makanan.

Ada satu kejadian menarik yang aku dan Sita saksikan. Kami tengah menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki. Saat itu, sore menjelang malam, waktu untuk kembali pulang dari aktivitas yang menyibukkan. Kami melihat mobil yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan, sepertinya ada kerusakan. Mobil yang di belakang pun ikut berhenti tanpa ada cerca yang mengikuti. Mobil yang lain kembali melaju dengan pelan dan sambil menyapa pemilik mobil yang mogok. Mungkin bertanya ada apa dengan mobilnya, entah aku tak paham bahasa mereka. Aku dan Sita tersenyum, kami temukan perbedaan yang signifikan dengan lalu lintas di negara kami. Bisa dibayangkan apa yang akan terjadi, sumpah serapah yang bersahutan. 

******

Aku mengagumi setiap sudut kota ini, indah, ada nyaman dan tentram. Kami (Aku, Sita, Vira, Mutia, Tania, Niko, Rizal, Mba Ega, dan Ikhsan) melakukan aktivitas seperti traveler pada umumnya, mengunjungi tempat wisata di Sapporo.


Setelah persentasi
Sebelum mengelilingi kota ini, di hari kedua, 18 Maret 2017, kami mengikuti acara konferensi di Hokkaido University. Acara berlangsung selama dua hari. Acara ini sama seperti konferensi pada umumnya, memprsentasikan penelitian. Banyak hal yang aku dapatkan dari acara ini. Ku temukan peneliti-peneliti muda yang hebat, senang sekali bisa mengenal mereka.

Kami dibagi dalam beberapa kelompok berdasarkan bidang penelitian. Aku sejak awal memasuki ruangan sudah khawatir, panik. Pengalaman pertama persentasi menggunakan bahasa Inggris di hadapan banyak orang dari universitas di Indonesia yang berbeda.

Ada beban moral di pundak kami (Aku dan Sita) karena membawa nama kampus. Aku berlahan menarik napas, mencoba tenang, dan berusaha untuk melakukan yang terbaik. Sita juga ikut menenangkan. Aku pun tahu dia juga gugup, namun dia memiliki sikap yang tenang.

Acara berlangsung hingga malam. Saat pulang ke penginapan ada drama tersesat yang kami alami. Aku, Sita, Mut, dan Vira hilang arah, kami berusaha menikamtinya meskipun sebenarnya kami pun takut. Kami mencoba bertanya pada orang-orang sekitar, hingga akhirnya betemu dengan dua laki-laki tampan dan baik hati. Mereka tidak bisa menggunakan bahasa Inggris. Aku pun berinisiatif menggunakan google translate yang menggunakan suara.

Kami saling memahami menggunakan google. Mereka mengantar kami hingga penginapan, jaraknya cukup jauh. Terimakasih kepada dua laki-laki penolong!

Bersama dua penolong! Mon maap foto berat sebelah :(


*****
Minggu, 19 Maret 2017. Hari kedua acara diagendakan mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Hokkaido. Aku bahagia, sangat. Akhirnya aku bisa mengunjungi negara yang aku impikan selama ini. Mencoba kereta bawah tanah, persis seperti anime-anime yang aku tonton. 


Di kereta bawah tanah

Mencoba simulasi peringatan gempa di Hokkaido. Jepang memag dikenal dengan negara yang memiliki sistem peringatan gempa yang baik. Kejadian gempa dan tsunami yang menerjang Jepang pada 11 Maret 2011 menjadi sejarah. Simulasi gempa ini untuk membantu masyarakat dalam memahami mitigasi, apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa. Selain itu, kami juga mengunjungi bekas gedung pemerintahan Jepang dan masjid tertua di Hokkaido.


Di depan gedung simulasi gempa

***
Kami menyapa pagi masih dari Sapporo. Udara di sini sangat menyegarkan, tanpa polusi. Acara konferensi sudah selesai, sisa waktu di sini akan kami habiskan untuk melihat kehindahan yang dimiliki kota kecil ini.

Lupa nama hutannya :( Jalan yang di lewati ke Kuil pokoknya hehe
 Sapporo memang dikenal sebagai kota yang indah di musim dingin. Akhirnya, kami memilih untuk mengunjungi Okurayama Ski Jump Stadium. Tempat ini pernah dijadikan sebagai lokasi Winter Olympics, sebuah kompetisi berkelas dari olahraga ski jumping. Salju membentang sepanjang mata memandang. Kami menaiki kereta gantung untuk sampai di sebuah menara, kota ini indah sekali dari atas sini. Kami puas bercengkrama dengan salju dan dingin yang menghangat di bawah sinar matahari.

Okurayama Ski Jump. Pemndangannya bagus banget dari atas!
 Kami beranjak, kembali menelusuri sisi indah lainnya. Kami berjalan kaki, ingin lebih dekat dengan setiap sudut kota, merekamnya dalam memori. Langkah ini membawa kami ke Okurayama Park, terdapat sebuah kuil di sini. Di musim dingin taman ini lebih terlihat seperti hutan, pepohonan menjulang tinggi. Di dalam kuil, ada sebuah tempat untuk menggantungkan harapan berupa tulisan, kepercayaan setempat. Taman ini cukup luas. Tak pernah aku lupa untuk mengabadikannya. Lelah mengelilingi taman, kami putuskan untuk istirahat makan ramen di kedai khusus makanan halal. Ternyata, makan ramen di negara asalnya terasa lebih nikmat.
 
Pusat perbelanjaan, tempang nongkrong, Tanukikoji
Matahari sudah kembali pada peraduannya. Menjelang malam, dingin semakin menusuk. Sebelum kembali ke penginapan untuk beristirahat, kami mengunjungi Tanukikoji Shopping Street, tempat ini dekat dengan lokasi penginapan kami, The Stay Sapporo. 


Tanukikoji menjual berbagai macam makanan, pakaian, dan perlengkapan lainnya. Kami berjalan di sepanjang jalan Tanukikoji, menikmati keramaian, hanya untuk sekadar melihat barang-barang yang unik, dan tentunya untuk merekam tempat ini dalam ingatan.
  
****
Aku selalu percaya mimpi setinggi apapun akan Allah wujudkan di waktu yang tepat. Sebagai manusia, kita hanya perlu usaha dan yakin. Jadi, jika kamu memiliki mimpi yang bahkan ditertawakan saat mendeklarasikannya, jangan patah. Ada Allah, percaya saja pada rencana semesta. 

Di kampus Hokkaido University. Sepi banget parah haha! Karena libur kali ya
 Ah, aku jadi rindu Jepang. Memorinya masih terasa hangat. 

JANGAN TAKUT BERMIMPI, HARUS TINGGI LOH!!

0 Komentar