Tadinya aku berniat untuk segera tidur. Namun, tak sengaja tanganku mengenai  gorden di atas kepalaku. Terangkat sedikit, membuat cahaya di luar samar-samar menerangi kamarku yang gelap. Akhirnya aku berdiri, mengurungkan niat untuk tidur. 


Aku membuka gorden, untuk sesaat aku terdiam, ada banyak perasaan tak terjelaskan tiba-tiba muncul, pikiranku dipenuhi hal-hal yang tak utuh. Awan bergerak berlahan, putih menghiasi langit, warna birunya terlihat di sela-sela, membuat malam semakin indah. Aku terus memandangnya sampai tak sadar mataku mulai berkaca. Awan membawaku pada rasa syukur yang tak berhingga. Melukiskan perasaan dengan campuran berbagai warna yang melambangkan sedih, terharu, bahagia, tenang, dan persaan lainnya. 


Aku menyaksikan malam yang tak pernah tidur. Daun-daun bergoyang mengikuti tarian angin dengan suaranya yang bak musik pengiring paling indah. Jam sudah menunjukkan pukul 00.30, namun malam terlihat jauh bercahaya dibanding pagi hari tadi. Tuhan mengaturnya sedemikian rupa, membawaku sejenak menjelajah dan merenungi kejadoan-kejadian selama setahun belakang ini. 


Tak ada kata yang mampu menjelaskannya selain rasa syukur kepada-Nya. Untuk mimpi yang diizinkan terwujud saat diri sendiri sudah mulai menyerah. Jujur, aku sering lupa bersyukur setelah apa yang diinginkan terwujud, seolah apa yang didapatkan dalam hidup adalah hasil dari usaha sendiri. Aku lupa semuanya terjadi karena campur tangan Allah. Aku sering mengabaikan tanggung jawab, membuat banyak alasan untuk membuat diri merasa lebih baik. Mungkin, aku terlalu naif, seolah-olah aku mampu melakukan segalanya saat aku mengerahkan banyak usaha. Kini, aku tertampar kenyataan, hati kecilku sebenarnya sudah lama mengakui itu.


Pikiranku terbawa semakin dalam, membuat dada semakin sesak. Jarak membentang amat jauh dari rumah, dua manusia yang doanya tak pernah terhenti muncul di sana. Aku sering lupa memberi kabar, membiarkan khawatir menggelayuti hari mereka, harusnya 7 jam perbedaan itu bukanlah sebuah alasan. Maaf, aku sering membuat kecewa. Terimakasih selalu ada dan menjadi tempat keluh kesah, kalian adalah sosok yang tak dapat dijelaskan dengan kata, seindah apapun itu. 


Ah rasanya, aku sedang merangkum hidup. Ada banyak pertemuan dengan manusia-manusia baru selama 2021 ini. Hadir mereka membuat hidup semakin bermakna, terasa memiliki lebih banyak warna. Meskipun satu di antaranya pasti ada hitamnya, bentuk perpisahan dan kehilangan. Namun, itu tetap bagian dari perjalanan, bagian dari hidup yang memberi banyak pelajaran. Meski jauh, ada banyak manusia yang menawarkan rumah, memberi kehangatan dan melukiskan tawa. Terimakasih, aku ingin mengucapkannya dengan benar, untuk semua yang tinggal dan pernah singgah. Hadir kalian adalah bagian dari syukurku yang tak berhingga.


Apapun yang sudah dan tengah dihadapi dalam hidup. Aku harap rasa syukur untuk hal-hal kecil di sekelilingku terus menjadi pengingat bahwa Allah menyangi dan selalu berada di sisi. Melalui hal kecil itu, membawaku pada hal besar tentang kuasa-Nya. Memberi kekuatan untuk terus bertahan, untuk diri dan mereka. 


Aku tahu, hidup yang dijalani tak pernah mudah untuk setiap orang. Kata-kata pun tak akan menyelesaikannya. Namun, menanamkan keyakinan dalam diri sebagai bentuk penenangan, tak salah bukan? Aku harap, diri ini terus berproses menjadi lebih baik setiap harinya, menebar banyak tawa dan berbagi bahagia. Mungkin hadirku tak begitu berkesan di hidup kalian, namun aku harap bisa sedikit memberi warna, menjadi alasan senyum indah terlukis di bibir kalian. 


Aku sangat menghargai setiap yang datang dan pergi, aku bersyukur. 


0 Komentar